KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadiran Tuhan yang Pemurah,karena berkat kemurahanNya makalah ini
dapat diselesaikan sesuaiyang diharapkan. Dalammakalah ini kami membahas
“kohesivitas kelompokdan kepemimpinan”.
Makalah ini di buat
dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Psikologi Pendidikan Jasmani”. Atas dukungan moral dan
materi , maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Benny Badaru
S.Pd M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan jasmani.
2. Teman-teman
mahasiswa yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis
Penulis menyadari
dalam penulisan makalah ini belum sempurna oleh karena itu saran dan kritikyang
membangun dari rekan-rekan pembaca dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Makassar,12 Oktober 2017
Kelompok X
DAFTAR ISI
Halaman judul..........................................................................................................
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
BAB II
A. Kohesi Kelompok.................................................................................................... 4
B. Kepemimpinan......................................................................................................... 10
C. Hubungan gaya kepemimpinan terhadap kohesivitas kelompok............................. 16
BAB III
A. Kesimpulan
dan saran.............................................................................................. 20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial dan
selalu membutuhkan bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk
hidup di dunia tidak pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu
berada dalam kelompok. Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial
sebagai suatu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa
sifat serta karakteristik yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari
senantiasa mengalami dan merasakan kepemimpinan (leadership) dalam aneka macam
bentuk, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kepemimpinan juga
dialami atau dirasakan dari para pemimpin berbagai organisasi yang mana kita
menjadi anggotanya. Bahkan tidak jarang dalam praktek terlihat bahwa manusia
kadang-kadang berada dalam posisi dualistis yaitu kadang-kadang sebagai pihak
yang dipimpin dan pada saat atau kondisi lain ia justru bertindak sebagai
pemimpin.
Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan
bergabung dan berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok
seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan
diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan
manusia. Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga
keutuhan kelompok.
Pada makalah ini kami akan membahas
mengenai “Kohesi Kelompok” yang merupakan salah satu faktor yang
menunjang keefektifan kelompok.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa pengertian dari
kohesi kelompok.
2. Apa hakekat dari kepemimpinan.
3. Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan terhadap kohesivitas kelompok.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa p dari kohesi kelompok.
2. Untuk mengetahui
dan memahami hakekat kepemimpinan.
3. Untuk mengetahi dan memahami hubungan gaya kepemimpinan terhadap
kohesivitas kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kohesi Kelompok.
1. Defenisi Kohesi
Kelompok
Kohesivitas kelompok secara umum dapat dijelaskan bagaimana anggota
saling berusaha untuk selalu membentuk ikatan emosional, akrab, dan solid
sehingga dapat mempertahankan anggota tetap berada dalam kelompok. Untuk lebih
jelas dalam melihat pengertian kohesi terdapat beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh para ahli mengenai kohesivitas. Kohesi kelompok ialah
bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu
dengan yang lainnya (Walgito, 2007:46). Menurut Collins dan Raven (dalam
Jalaluddin, 2005:164), bahwa kohesi kelompok sebagai kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya
meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok yaitu perasaan bahwa orang
bersama-sama dalam kelompok (Ahmadi, 2007 :108).
Menurut Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok
sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi
anggota kelompok tersebut.
Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1. Ketertarikan pada
kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2. Moral dan tingkatan
motivasi anggota kelompok.
3. Koordinasi dan
kerjasama antar anggota kelompok.
Dari berbagai pengertian tentang kohesivitas kelompok, maka
dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok adalah dimana anggota kelompok
saling menyukai satu sama lain, dan bergantung satu sama lain serta adanya
dorongan yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelompok. Anggota kelompok
dengan kohesi tinggi bersifat kooperatif dan pada umumnya mempertahankan dan
meningkatkan integrasi kelompok, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah
lebih independen dan kurang memperhatikan anggota lain.
2. Ciri-ciri Kohesi Kelompok
Menurut Purwo Herlianto (20131:29) dalam penelitiannya
mengenai kohesi kelompok dapat disimpulkan ciri-ciri kohesivitas kelompok antara lain :
a) Mempunyai komitmen yang tinggi dari masing-masing anggota
terhadap kepentingan kelompok.
b) Adanya interaksi yang banyak dan terus menerus pada semua
anggota kelompok.
c) Adanya ketertarikan antar anggota di dalam kelompok
d) Lebih
produktif dalam mencapai tujuan kelompok.
e) Lebih terbuka antar anggota kelompok dengan intensnya
komunikasi di dalam kelompok.
f) Semakin patuh terhadap norma-norma di
dalam kelompok.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kohesivitas Kelompok
Dalam prakteknya kohesivitas melibatkan dua dimensi primer,
yakini tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan dengan
individu tertarik pada tugas kelompok atau dalam hubungan sosial. Sedangkan
dimensi yang kedua berkaitan dengan individu pada kelompok atau anggota yang
lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kohesivitas antara lain adalah:
a) Sejumlah usaha yang diperlukan untuk masuk kelompok, biaya
yang besar untuk masuk kelompok menyebabkan ketertarikan anggota menjadi lebih
besar.
b) Adanya ancaman dari luar atau kompetensi.
c) Besarnya kelompok, pada kelompok yang kecil lebih cenderung
kohesif.
Mengenai kelompok yang rendah kohesivitasnya dipastikan tidak
memiliki keterikatan interpersonal di antara anggotanya. Kelompok dapat menarik
individu disebabkan oleh adanya :
ü Tujuan kelompok dan anggota saling mengisi dan spesifikasi
yang jelas.
ü Kelompok memiliki pemimpin yang kharismatik.
ü Reputasi kelompok tampak yaitu keberhasilan mencapai tujuan
ü Jumlah anggota kelompok kecil, sehingga memungkinkan anggota
berpendapat, mendengar, dan evaluasi
ü Anggota saling mendukung dan menolong satu sama lain untuk
mengatasi rintangan dan hambatan
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi biasanya terdiri
atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan
cendrung memiliki kinerja kelompok yang efektif.
d) Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Kohesi Kelompok
Aspek penting dari kelompok yang efektif adalah kohesi yang
merupakan faktor utama dari keberadaan kelompok. Kohesi kelompok dapat
didefinisikan sebagai jumlah factor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk
tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Ketertarikan pada kelompok ditentukan
oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan,
karakteristik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai
pribadi, kerjasama antar anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih
menguntungkan disbanding dengan kelompok-kelompok lain.
Hal-hal yang berkaitan dengan dengan kohesi kelompok antara
lain :
a) Tingkat Kohesi Kelompok
Tinggi
rendahnya kohesi kelompok dapat dilihat dari kehadiran anggota di dalam aktivitas-aktivitas
kelompok, ketepatan waktu dalam setiap kegiatan kelompok, kepercayaan dan
dorongan di antara anggota kelompok, penerimaan antar anggota kelompok dan
kegembiraan yang dimiliki anggota kelompok.
Ada beberapa metode di dalam meningkatkan kohesi kelompok.
Cara yang paling efektif adalah membentuk hubungan yang kooperatif di antara
anggota kelompok. Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan di
antara anggota kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi di antara
anggota kelompok, meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima di antara
anggota kelompok, memperluas saling mempengaruhi di antara anggota kelompok dan
mengembangkan norma-norma kelompok yang menunjang ekspresi individu di antara
anggota kelompok.
b) Kebutuhan Interpersonal
Manusia
membutuhkan manusia lainnya, karena hidup di dalam masyarakat, harus meliki
keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakekat sosial manusia
dikarenakan kebutuhan-kebutuha interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan interpersonal,
yaitu inklusi, kontrol, dan afeksi.
Kebutuhan
inklusi berkisar pada keanggotaan siapa di dalam dan siapa di luar kelompok,
siapa yang memiliki kelompok dan siapa yang tidak, siapa yang merupakan bagian
dari kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota menghendaki agar
kelompok memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa menghendaki jalinan yang
lepas.
Kebutuhan kontrol berkenaan dengankekuatan hubungan di dalam
kelompok,. Beberapa anggota mengehendaki mempunyai pengaruh terhadap banyak
orang, dan beberapa mengehendaki tidak mempunyai pengaruh terhadap siapapun.
Kebutuhan afeksi menunjukkan hubunga terbuka dan bersifat
pribadi di dalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat
dan terbuka, dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada
jarak.
c) Mengembangkan dan Memelihara Kepercayaan
Aspek yang esensial di dalam meningkatkan kohesi adalah
mengembangkan dan memelihara kepercayaan di antara anggota kelompok.
Kepercayaan adalah aspek penting karena merupakan kondisi yang dapat membuat
kerja sama dengan stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Pada kelompok yang
mempunyai tingkat kepercayaan tinggi, anggota kelompok akan lebih terbuka di
dalam mengemukakan pendapat, perasaan, reaksi, opini, informasi, dan ide.
Kepercayaan merupakan konsep yang kompleks dan sulit
dijelaskan. Menentukan keprcayaan terhadap seseorang termasuk di dalamnya
persepsi mengenai pemilihan yang dapat menguntungkan dan merugikan, semuanya
tergantung pada tingkah laku orang lain.kelompok yang kooperatif adalah
kelompok yang memiliki keterbukaan. Keterbukaan itu sendiri adalah membagi
informasi, ide, pemikiran, perasaan, dan reaksi di dalam menyelesaikan masalah
kelompok.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkah laku mempercayai
didefinisikan sebagai keterbukaan dan tingkah laku membagi, serta dapat
dipercaya didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung dan kooperatif.
Meningkatkan dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan keterbukaan,
ekspresi menerima dan mendukung.
d) Konsekuensi
dari Kohesi Kelompok
Anggota kelompok yang kohesi lebih siap untuk berpartisipasi
di dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Mereka lebih setuju terhadap tujuan
kelompok, lebih siap menerima tugas-tugas dan peranan serta lebih menaati
norma-norma kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal
terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi
tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan
kelompok. Ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatnya produktivitas
kelompok. Selanjutnya anggota kelompok tersebut lebih sering
berkomunikasi dan komunikasinya lebih efektif dibandingkan dengan kelompok yang
kohesinya rendah.
Kelompok yang kohesinya tinggi merupakan sumber rasa aman
bagi para anggotanya, keberadaannya dalam kelompok dapat mengurangi rasa
khawatir dan dapat meningkatkan rasa harga diri. Penerimaan
anggota lain terhadap diri seseorang dapat meningkatkan partisipasi di dalam
kelompok. Dengan demikian kohesi-kohesi kelompok yang tinggi dapat menghasilkan
kelompok yang lebih baik dimana para anggotanya lebih kooperatif di dalam
mengerjakan tugas-tugas dan lebih dapat mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
bekerja.
B. Kepemimpinan
1. Defenisi
Kepemimpinan
Pemimpin pada hakikatnya
adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain. Pada buku yang berjudul
“Kepemimpinan, Dasar-Dasar, dan Pengembanganya” Bernadine R. Wirjana dan Susilo
Supardo (2005) seperti yang dijelaskan
oleh Wahyuni (2009) mendefinisikan kepemimpinan adalah suatu proses yang
kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu misi,
tugas, atau sasaran, serta mengarahkan organisasi dengan cara yang membuatnya
lebih kohesif dan lebih masuk akal. Berdasarkan definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai peran sebagai pemberi arahan dalam
kegiatan-kegiatan yang memperhatikan kepentingan kelompok. Kepemimpinan
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua cara yaitu dengan adanya kesempatan
untuk menduduki posisi pemimpin dan tersedianya kesempatan yang cukup luas
untuk menempuh pendidikan dan latihan. Menurut Wahjosumijo (1984) seperti yang
dijelaskan oleh Randhita (2009) dalam prakteknya, memimpin mengandung konotasi:
menggerakkan, mengarahkan, membina, melindungi, memberi teladan, serta
memberikan bantuan. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk
persuasi pada suatu pembinaan kelompok melalui pendekatan berbasis masyarakat
dan pemberian motivasi yang tepat. Sehingga mereka sebagai pengikut dapat
bergerak tanpa adanya rasa takut, mau bekerja sama, dan dapat mencapai segala
yang menjadi tujuan-tujuan kelompok. Kepemimpinan menjadi kunci
keberhasilan suatu kelompok atau komunitas dalam usaha mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan merupakan suatu
aspek yang penting dalam pengelolaan sebuah kelompok ataupun komunitas dimana
kemampuan untuk memimpin secara efektif sangat menentukan berhasil atau
tidaknya sebuah komunitas dalam mencapai tujuan.Usaha untuk mencapai tujuan
haruslah mempunyai pengaruh untuk memimpin para bawahannya.Kotter (1990)
menyebutkan bahwa memimpin perubahan harus dimulai dengan menetapkan arah
setelah mengembangkan suatu visi komunitas.Kemudian pemimpin mampu menyatukan
langkah orang-orang dengan mengomunikasikan dan mengilhami mereka untuk
mengatasi rintangan-rintangan yang ada.Semua itu dilakukan tanpa harus bersikap
otoriter.Pemahaman ini juga terdapat pada hasil jurnal Utami (2007) yang
menjelaskan bahwa kepemimpinan diperlukan untuk perubahan.Perilaku kepemimpinan
semestinya berorentasi pada pengembangan masyarakat dan dapat melahirkan
pendekatan baru terhadap masalah serta mendorong para anggotanya untuk memulai
kegiatan baru.
Fiedler (1967) seperti yang
dijelaskan oleh Yudhaningsih (2010)menyatakan
bahwa kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu dimana
pemimpin menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang agar
bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.Kepengurusan suatu komunitas
harus dimulai dengan memotivasi anggota komunitasnya yang kurang aktif sehingga
mereka dapat memperoleh kesadaran sense
of community dalam mengikuti kegiatan komunitasnya. Keikutsertaan atau
keterlibatan anggota komunitas tidak boleh hanya dilihat dari segi aktivitas
anggota komunitasnya, tetapi juga aktivitas pemimpinnya dalam melaksanakan
tugas pokoknya secara efektif dan seperti apa gaya kepemimpinan yang dia
bangun.
2. Peranan
Kepemimpinan
Tiap oraganisasi yang
memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa masalah manusia yang
utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan
pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan
itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan
itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu
dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai
syarat suksesnya seoran gpemimpin. Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi
seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentan gunsur-unsur dan fungsi yang
dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin
dapat bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru
ini membawa pembahasan besar. Cara bekerja dan sikap seorang pemimpin yang
dipelajari. Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang
harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat beralihkan dari pemimpin
sebagai orang yang membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk
kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada anggapan, bahwa
pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator bagi
kelompoknya. Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih
seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu :
ü Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang
baik.
ü Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan
prosedur-prosedur kerja.
ü Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
ü Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama
dengan kelompok.
ü Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman.
3.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu
cara atau pola tindakan, tingkah laku pemimpin yang dilihat secara keseluruhan
dalam mempengaruhi orang lain dan pengambilan suatu keputusan. Menurut
Wahjosumidjo (1984) seperti yang dijelaskan oleh Randhita (2009), terdapat gaya
kepemimpinan yang dilihat dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah. Gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut :
a)
Gaya kepemimpinan direktif.
Pada gaya kepemimpinan
direktif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pekerjaan menjadi tanggung jawab pemimpin. Dia hanya memberikan perintah kepada
bawahannya untuk melaksanakannya. Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman
kepada bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah
diberikan. Hubungan dengan bawahan rendah, karena pemimpin tidak memberikan
motivasi kepada bawahannya untuk dapat mengembangkan dirinya secara optimal,
dan pemimpin kurang percaya dengan kemampuan bawahannya.
b)
Gaya kepemimpinan konsultatif.
Pada gaya kepemimpinan
konsultatif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh
pemimpin setelah mendengarkan keluhan-keluhan dari bawahannya. Pemimpin
menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum
setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan para bawahannya. Hubungan
dengan bawahan baik, karena pemimpin memberikan penghargaan dan hukuman kepada
bawahan dalam rangka memberikan motivasi kepada bawahannya.
c)
Gaya kepemimpinan partisipatif.
Pada gaya kepemimpinan
partisipatif, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah. Pemimpin mengambil keputusan setelah adanya
saran dan pendapat dari para bawahannya.Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan
untuk melaksanakan pekerjaannya. Maka hubungan dengan bawahan akan terjalin
dengan baik, tercipta suasana penuh persahabatan dan saling mempercayai.
d) Gaya kepemimpinan delegatif.
Pada gaya kepemimpinan
delegatif, pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahannya
selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada
bawahan. Bawahan memiliki hak untuk menentukan langkah-langkah untuk mengambil
keputusan yang akan dilaksanakannya. Hubungan dengan bawahan rendah.
Pemimpin adalah seseorang yang mampu
mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Perlunya seorang pemimpin untuk mengetahui secara tepat
tentang
keadaan dalam suatu kelompok sebelum melaksanakan suatu program. Terlebih dalam upaya untuk menjalin
hubungan baik dengan
masyarakat desa. Pemimpin
desa harus mampu menciptakan keakraban dengan aparat-aparat desa sebelum menjalin hubungan
baik tersebut. Sehingga mampu memperoleh pemahaman bagaimana seharusnya membentuk
kerjasama di desa yang
harmonis.
Pemimpin juga berfungsi untuk
memupuk dan memelihara kebersamaan atau kohesivitas di dalam kelompok. Jika ada
kebersamaan antar anggota kelompok, pekerjaan akan berjalan lancar. Dengan
adanya pemimpin di dalam suatu aktivitas akan terasa lebih mudah dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Membahas pembangunan pedesaan maka tidak dapat
dipisahkan dari program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa tersebut.Bukan
karena masyarakat tidak mampu berswadaya sendiri namun masyarakat cenderung
lebih tergerakkan secara bersama-sama dalam suatu program pemberdayaan.Dimana
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat biasanya dilakukan secara
bersama-sama.Kepala Desa yang menjadi tokoh central atau pemimpin pemerintahan
di desa yang mampu menggerakkan serta memotivasi masyarakatnya.Masyarakat pun
berpartisipasi karena mereka memiliki masalah yang sama, tujuan yang sama, dan
kepentingan yang sama sehingga kohesivitas yang dimaksud menjadi faktor yang
penting dalam komunitas. Komunitas dengan kohesivitas yang tinggi, memiliki
suatu jati diri sosial yang
tinggi juga.Jati diri kelompok yang kohesif tersebut memunculkan kepribadianyang unik pada setiap diri
anggotanya karena kohesivitas dapat meningkatkan tingkat kerjasama dan rasa
betah serta anggota dapat bekerja tanpa ada rasa tertekan. Akhirnya, upaya
pemberdayaan di suatu komunitas memerlukan pendekatan dari berbagai pendekatan
seperti bagaimana cara meningkatkan rasa komunitas (sense of community) diantara anggotanya agar mau turut ambil bagian
dalam kegiatan pemberdayaan. Rasa komunitas tersebut
memberikan perasaan yang nyaman, senang berbagi, dan merasa memiliki serta
menguatkan ikatan dari interaksi yang mereka lakukan. Semakin intens interaksi
yang mereka lakukan maka akan timbul rasa solidaritas dan kelekatan diantara
anggotanya. Anggota yang memiliki kohesivitas yang tinggi cenderung
menggerakkan kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.
Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, Wahjosumidjo
(1984) seperti yang dijelaskan oleh Randhita (2009) menyatakan terdapat empat gaya kepemimpinan dalam suatu pengambilan
keputusan. Meliputi otoriter atau direktif, konsultatif, partisipatif dan
delegatif. Setiap gayakepemimpinan yang telah diterapkan oleh tokoh pemimpin
mampu memberikan dampak maupun pengaruh. Pengaruh yang dimaksud adalah
kohesivitas komunitas. Ketika suatu gaya kepemimpinan telah diterapkan dalam
suatu program pemberdayaan masyarakat maka memberikan pengaruh terhadap
kohesivitas komunitas. Seperti yang sudah dijelaskan dalam jurnal Ardillah
(2014) bahwa kohesivitas dapat dilihat dari ciri kepemimpinan yang sudah
diterapkan. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan Kepala Desa Bareng adalah gaya
kepemimpinan demokratis karena pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
partisipastif. Agar terwujudnya kerjasama dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan desa dengan memberdayakan partisipasi masyarakat.
Pada gaya kepemimpinan
direktif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab
pemimpin. Pemimpin hanya memberikan perintah kepada bawahan dan memberikan
hukuman bagi yang tidak berhasil melaksanakannya.Sehingga hubungan yang dibangun
tidak memahami kondisi anggotanya. Keadaan tersebut akan sulit membangun
kohesivitas dalam kelompok. Berbeda pada gaya kepemimpinan partisipatif dimana
pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan. Pemimpin
mengambil keputusan setelah adanya saran dan pendapat dari para bawahannya.Maka
hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan sangat memungkinkan untuk
terciptanya suasana penuh persahabatan dan saling mempercayai.
Munculnya
kohesivitas komunitas karena usaha pemimpin yang dilakukan dengan cara
memberikan motivasi, melaksanakan koordinasi dan komunikasi serta melaksanakan pengawasan. Kegiatan
komunikasi dilakukan dalam rapat pertemuan dan musyawarah (rembug desa).
Komunikasi yang baik tersebut membuat pemimpin lebih mengerti kepentingan dan
kebutuhan masyarakatnya. Kepemimpinan yang baik mampu menampung aspirasi dan
memberikan arahan sesuai dengan situasi dan kebutuhan anggotanya. Adapun dalam
pengambilan keputusan tetap ditentukan oleh pemimpin yang sudah dimusyawarahkan
bersama masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam sebuah organisasi tentunya harus mempunyai seorang
pemimpin yang dapat mengatur sumber daya organisasi agar dapat mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien sehingga berdaya guna dan berhasil guna.
Seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing yang berbeda satu
sama lain. Dewasa ini, terdapat enam tipe kepemimpinan yang sering digunakan
oleh para pemimpin besar maupun dalam ruang lingkup kelompok sampai organisasi
besar. Efektivitas dalam sebuah kelompok dapat ditentukan juga oleh sikap dan
perilaku seorang pemimpin.
Tidak ada tipe kepemimpinan yang paling benar atau baik
untuk digunakan dalam sebuah kelompok. Tipe kepemimpinan yang efektif yaitu
tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh sebuah kelompok.
Misalnya, jika suatu kelompok tersebut sedang mengalami berbagai masalah yang
kompleks atau dalam situasi yang genting, maka tipe kepemimpinan yang
dibutuhkan oleh kelompok tersebut adalah tipe otokratik. Dimana pengambilan
keputusan dilakukan dengan sepihak yaitu oleh pemimpin kelompok itu sendiri.
Tipe kepemimpinan yang ada dalam diri seorang pemimpin itu didasarkan pada
teori-teori kepemimpinan yang ada.
Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mengayomi para bawahannya.
Pergunakanlah tipe kepemimpinan yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada, agar tujuan kelompok atau organisasi dapat tercapai dengan cara yang
efektif dan efisien. Seorang pemimpin tidak disarankan memiliki sifat yang
egois, karena seorang pemimpin yang baik harus bisa menerima kritik dan saran
dari bawahannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://msefri.blogspot.co.id/2016/05/makalah-ini-berisikan-tentang.html
http://psikologila.blogspot.co.id/2011/10/kohesi-kelompok.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
https://psychology.binus.ac.id/2015/08/26/pengaruh-gaya-kepemimpinan-terhadap-efektivitas-tim-kerja-pada-karyawan-perusahaan-pt-bbb/
MANTAP JIWA !!
BalasHapusKUNING KITA
The best betting apps for Baccarat, Roulette and - Wolverione
BalasHapusCheck out our top 3 apps 메리트카지노 to enjoy your favourite casino games and sports หารายได้เสริม betting 바카라 apps. The best online sports betting app for Baccarat, Roulette and Dice
Casino Table Games - The Casino Trotteros
BalasHapusThere are a handful 먹튀 of casino table games with different gameplay types 벳365코리아 to choose from, 승인 전화 없는 꽁 머니 사이트 from blackjack 무료 룰렛 게임 and roulette, craps, and craps. The best casino 원피스 바카라 table
Harrah's Casino in Maricopa - Jackson County, AZ - KTM Hub
BalasHapusHarrah's 목포 출장안마 has the largest and best 대전광역 출장샵 selection of casino and slots, video 화성 출장샵 poker, table games, keno 대전광역 출장마사지 and video 대전광역 출장안마 poker at Jackson County, AZ.