Rabu, 22 November 2017

KOHESI KELOMPOK DAN KEPEMIMPINAN (KLP 8)




KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Pemurah,karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat diselesaikan sesuaiyang diharapkan. Dalammakalah ini kami membahas “kohesivitas kelompokdan kepemimpinan”.
Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas  mata kuliah “Psikologi Pendidikan Jasmani”. Atas dukungan moral dan materi , maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dr. Benny Badaru S.Pd M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi pendidikan jasmani.
2.      Teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini belum sempurna oleh karena itu saran dan kritikyang membangun dari rekan-rekan pembaca dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Makassar,12 Oktober 2017
Kelompok X



DAFTAR ISI
Halaman judul..........................................................................................................   
Kata Pengantar........................................................................................................    i
Daftar Isi..................................................................................................................   
ii
BAB I
A.    Latar Belakang.........................................................................................................    1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................................    3
BAB II
A.    Kohesi Kelompok....................................................................................................    4
B.     Kepemimpinan.........................................................................................................    10
C.     Hubungan gaya kepemimpinan terhadap kohesivitas kelompok.............................    16
BAB III
A.    Kesimpulan dan saran..............................................................................................    20
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial  dan selalu membutuhkan bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok. Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa mengalami dan merasakan kepemimpinan (leadership) dalam aneka macam bentuk, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kepemimpinan juga dialami atau dirasakan dari para pemimpin berbagai organisasi yang mana kita menjadi anggotanya. Bahkan tidak jarang dalam praktek terlihat bahwa manusia kadang-kadang berada dalam posisi dualistis yaitu kadang-kadang sebagai pihak yang dipimpin dan pada saat atau kondisi lain ia justru bertindak sebagai pemimpin.
Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia. Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan kelompok.
Pada makalah ini kami akan membahas mengenai  “Kohesi Kelompok” yang merupakan salah satu faktor yang menunjang keefektifan kelompok.













B.     Rumusan Masalah.
1.      Apa pengertian dari kohesi kelompok.
2.      Apa hakekat dari kepemimpinan.
3.      Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan terhadap kohesivitas kelompok.
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami apa p dari kohesi kelompok.
2.      Untuk mengetahui dan memahami hakekat kepemimpinan.
3.      Untuk mengetahi dan memahami hubungan gaya kepemimpinan terhadap kohesivitas kelompok.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kohesi Kelompok.
1.      Defenisi Kohesi Kelompok
Kohesivitas kelompok secara umum dapat dijelaskan bagaimana anggota saling berusaha untuk selalu membentuk ikatan emosional, akrab, dan solid sehingga dapat mempertahankan anggota tetap berada dalam kelompok. Untuk lebih jelas dalam melihat pengertian kohesi terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kohesivitas. Kohesi kelompok ialah bagaimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu dengan yang lainnya (Walgito, 2007:46). Menurut Collins dan Raven (dalam Jalaluddin, 2005:164), bahwa kohesi kelompok sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok yaitu perasaan bahwa orang bersama-sama dalam kelompok (Ahmadi, 2007 :108).
Menurut Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.


Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1.      Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2.      Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3.      Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.

Dari berbagai pengertian tentang kohesivitas kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok adalah dimana anggota kelompok saling menyukai satu sama lain, dan bergantung satu sama lain serta adanya dorongan yang menyebabkan anggota bertahan dalam kelompok. Anggota kelompok dengan kohesi tinggi bersifat kooperatif dan pada umumnya mempertahankan dan meningkatkan integrasi kelompok, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah lebih independen dan kurang memperhatikan anggota lain.
2.      Ciri-ciri Kohesi Kelompok
Menurut Purwo Herlianto (20131:29) dalam penelitiannya mengenai kohesi kelompok  dapat disimpulkan  ciri-ciri kohesivitas kelompok antara lain :
a)      Mempunyai komitmen yang tinggi dari masing-masing anggota terhadap kepentingan kelompok.
b)      Adanya interaksi yang banyak dan terus menerus pada semua anggota kelompok.
c)      Adanya ketertarikan antar anggota di dalam kelompok
d)     Lebih produktif dalam mencapai tujuan kelompok.
e)      Lebih terbuka antar anggota kelompok dengan intensnya komunikasi di dalam kelompok.
f)       Semakin patuh terhadap norma-norma di dalam kelompok. 
3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok
Dalam prakteknya kohesivitas melibatkan dua dimensi primer, yakini tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan dengan individu tertarik pada tugas kelompok atau dalam hubungan sosial. Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan individu pada kelompok atau anggota yang lain. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kohesivitas antara lain adalah:
a)      Sejumlah usaha yang diperlukan untuk masuk kelompok, biaya yang besar untuk masuk kelompok menyebabkan ketertarikan anggota menjadi lebih besar.
b)      Adanya ancaman dari luar atau kompetensi.
c)      Besarnya kelompok, pada kelompok yang kecil lebih cenderung kohesif.
Mengenai kelompok yang rendah kohesivitasnya dipastikan tidak memiliki keterikatan interpersonal di antara anggotanya. Kelompok dapat menarik individu disebabkan oleh adanya :
ü  Tujuan kelompok dan anggota saling mengisi dan spesifikasi yang jelas.
ü  Kelompok memiliki pemimpin yang kharismatik.
ü  Reputasi kelompok tampak yaitu keberhasilan mencapai tujuan
ü  Jumlah anggota kelompok kecil, sehingga memungkinkan anggota berpendapat, mendengar, dan evaluasi
ü  Anggota saling mendukung dan menolong satu sama lain untuk mengatasi rintangan dan hambatan
Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi biasanya terdiri atas individu-individu yang termotivasi untuk membangun kebersamaan dan cendrung memiliki kinerja kelompok yang efektif.
d)     Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Kohesi Kelompok
Aspek penting dari kelompok yang efektif adalah kohesi yang merupakan faktor utama dari keberadaan kelompok. Kohesi kelompok dapat didefinisikan sebagai jumlah factor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerjasama antar anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan disbanding dengan kelompok-kelompok lain.
Hal-hal yang berkaitan dengan dengan kohesi kelompok antara lain :
a)      Tingkat Kohesi Kelompok
          Tinggi rendahnya kohesi kelompok dapat dilihat dari kehadiran anggota di dalam aktivitas-aktivitas kelompok, ketepatan waktu dalam setiap kegiatan kelompok, kepercayaan dan dorongan di antara anggota kelompok, penerimaan antar anggota kelompok dan kegembiraan yang dimiliki anggota kelompok.
Ada beberapa metode di dalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara yang paling efektif adalah membentuk hubungan yang kooperatif di antara anggota kelompok. Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan di antara anggota kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi di antara anggota kelompok, meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima di antara anggota kelompok, memperluas saling mempengaruhi di antara anggota kelompok dan mengembangkan norma-norma kelompok yang menunjang ekspresi individu di antara anggota kelompok.
b)      Kebutuhan Interpersonal
        Manusia membutuhkan manusia lainnya, karena hidup di dalam masyarakat, harus meliki keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakekat sosial manusia dikarenakan kebutuhan-kebutuha interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, kontrol, dan afeksi.
        Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa di dalam dan siapa di luar kelompok, siapa yang memiliki kelompok dan siapa yang tidak, siapa yang merupakan bagian dari kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota menghendaki agar kelompok memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa menghendaki jalinan yang lepas. 
Kebutuhan kontrol berkenaan dengankekuatan hubungan di dalam kelompok,. Beberapa anggota mengehendaki mempunyai pengaruh terhadap banyak orang, dan beberapa mengehendaki tidak mempunyai pengaruh terhadap siapapun.
Kebutuhan afeksi menunjukkan hubunga terbuka dan bersifat pribadi di dalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan terbuka, dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak.
c)      Mengembangkan dan Memelihara Kepercayaan
Aspek yang esensial di dalam meningkatkan kohesi adalah mengembangkan dan memelihara kepercayaan di antara anggota kelompok. Kepercayaan adalah aspek penting karena merupakan kondisi yang dapat membuat kerja sama dengan stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Pada kelompok yang mempunyai tingkat kepercayaan tinggi, anggota kelompok akan lebih terbuka di dalam mengemukakan pendapat, perasaan, reaksi, opini, informasi, dan ide.
Kepercayaan merupakan konsep yang kompleks dan sulit dijelaskan. Menentukan keprcayaan terhadap seseorang termasuk di dalamnya persepsi mengenai pemilihan yang dapat menguntungkan dan merugikan, semuanya tergantung pada tingkah laku orang lain.kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan. Keterbukaan itu sendiri adalah membagi informasi, ide, pemikiran, perasaan, dan reaksi di dalam menyelesaikan masalah kelompok.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkah laku mempercayai didefinisikan sebagai keterbukaan dan tingkah laku membagi, serta dapat dipercaya didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung dan kooperatif. Meningkatkan dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan keterbukaan, ekspresi menerima dan mendukung.

d)     Konsekuensi dari Kohesi Kelompok
Anggota kelompok yang kohesi lebih siap untuk berpartisipasi di dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Mereka lebih setuju terhadap tujuan kelompok, lebih siap menerima tugas-tugas dan peranan serta lebih menaati norma-norma kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatnya produktivitas kelompok.  Selanjutnya anggota kelompok tersebut lebih sering berkomunikasi dan komunikasinya lebih efektif dibandingkan dengan kelompok yang kohesinya rendah.
Kelompok yang kohesinya tinggi merupakan sumber rasa aman bagi para anggotanya, keberadaannya dalam kelompok dapat mengurangi rasa khawatir  dan dapat meningkatkan rasa harga diri. Penerimaan anggota lain terhadap diri seseorang dapat meningkatkan partisipasi di dalam kelompok. Dengan demikian kohesi-kohesi kelompok yang tinggi dapat menghasilkan kelompok yang lebih baik dimana para anggotanya lebih kooperatif di dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih dapat mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam bekerja.
B.     Kepemimpinan
1.      Defenisi Kepemimpinan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Pada  buku yang berjudul “Kepemimpinan, Dasar-Dasar, dan Pengembanganya” Bernadine R. Wirjana dan Susilo Supardo (2005) seperti yang dijelaskan  oleh Wahyuni (2009) mendefinisikan kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas, atau sasaran, serta mengarahkan organisasi dengan cara yang membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal. Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai peran sebagai pemberi arahan dalam kegiatan-kegiatan yang memperhatikan kepentingan kelompok. Kepemimpinan ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua cara yaitu dengan adanya kesempatan untuk menduduki posisi pemimpin dan tersedianya kesempatan yang cukup luas untuk menempuh pendidikan dan latihan. Menurut Wahjosumijo (1984) seperti yang dijelaskan oleh Randhita (2009) dalam prakteknya, memimpin mengandung konotasi: menggerakkan, mengarahkan, membina, melindungi, memberi teladan, serta memberikan bantuan. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi pada suatu pembinaan kelompok melalui pendekatan berbasis masyarakat dan pemberian motivasi yang tepat. Sehingga mereka sebagai pengikut dapat bergerak tanpa adanya rasa takut, mau bekerja sama, dan dapat mencapai segala yang menjadi tujuan-tujuan kelompok. Kepemimpinan menjadi kunci keberhasilan suatu kelompok atau komunitas dalam usaha mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan merupakan suatu aspek yang penting dalam pengelolaan sebuah kelompok ataupun komunitas dimana kemampuan untuk memimpin secara efektif sangat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah komunitas dalam mencapai tujuan.Usaha untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai pengaruh untuk memimpin para bawahannya.Kotter (1990) menyebutkan bahwa memimpin perubahan harus dimulai dengan menetapkan arah setelah mengembangkan suatu visi komunitas.Kemudian pemimpin mampu menyatukan langkah orang-orang dengan mengomunikasikan dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan-rintangan yang ada.Semua itu dilakukan tanpa harus bersikap otoriter.Pemahaman ini juga terdapat pada hasil jurnal Utami (2007) yang menjelaskan bahwa kepemimpinan diperlukan untuk perubahan.Perilaku kepemimpinan semestinya berorentasi pada pengembangan masyarakat dan dapat melahirkan pendekatan baru terhadap masalah serta mendorong para anggotanya untuk memulai kegiatan baru.
Fiedler (1967) seperti yang dijelaskan oleh Yudhaningsih (2010)menyatakan bahwa kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu dimana pemimpin menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.Kepengurusan suatu komunitas harus dimulai dengan memotivasi anggota komunitasnya yang kurang aktif sehingga mereka dapat memperoleh kesadaran sense of community dalam mengikuti kegiatan komunitasnya. Keikutsertaan atau keterlibatan anggota komunitas tidak boleh hanya dilihat dari segi aktivitas anggota komunitasnya, tetapi juga aktivitas pemimpinnya dalam melaksanakan tugas pokoknya secara efektif dan seperti apa gaya kepemimpinan yang dia bangun.



2.      Peranan Kepemimpinan
Tiap oraganisasi yang memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa masalah manusia yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai syarat suksesnya seoran gpemimpin. Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentan gunsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa pembahasan besar. Cara bekerja dan sikap seorang pemimpin yang dipelajari. Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat beralihkan dari pemimpin sebagai orang yang membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator bagi kelompoknya. Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu :
ü  Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.
ü  Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
ü  Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
ü  Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan kelompok.
ü  Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
3.      Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau pola tindakan, tingkah laku pemimpin yang dilihat secara keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain dan pengambilan suatu keputusan. Menurut Wahjosumidjo (1984) seperti yang dijelaskan oleh Randhita (2009), terdapat gaya kepemimpinan yang dilihat dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Gaya kepemimpinan direktif.
Pada gaya kepemimpinan direktif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan menjadi tanggung jawab pemimpin. Dia hanya memberikan perintah kepada bawahannya untuk melaksanakannya. Pemimpin memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan. Hubungan dengan bawahan rendah, karena pemimpin tidak memberikan motivasi kepada bawahannya untuk dapat mengembangkan dirinya secara optimal, dan pemimpin kurang percaya dengan kemampuan bawahannya.
b)      Gaya kepemimpinan konsultatif.
Pada gaya kepemimpinan konsultatif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan keluhan-keluhan dari bawahannya. Pemimpin menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan para bawahannya. Hubungan dengan bawahan baik, karena pemimpin memberikan penghargaan dan hukuman kepada bawahan dalam rangka memberikan motivasi kepada bawahannya.
c)      Gaya kepemimpinan partisipatif.
Pada gaya kepemimpinan partisipatif, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Pemimpin mengambil keputusan setelah adanya saran dan pendapat dari para bawahannya.Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan pekerjaannya. Maka hubungan dengan bawahan akan terjalin dengan baik, tercipta suasana penuh persahabatan dan saling mempercayai.



d)     Gaya kepemimpinan delegatif.
Pada gaya kepemimpinan delegatif, pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahannya selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan. Bawahan memiliki hak untuk menentukan langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang akan dilaksanakannya. Hubungan dengan bawahan rendah.
Pemimpin adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Perlunya seorang pemimpin untuk mengetahui secara tepat tentang keadaan dalam suatu kelompok sebelum melaksanakan suatu program. Terlebih dalam upaya untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat desa. Pemimpin desa harus mampu menciptakan keakraban dengan aparat-aparat desa sebelum menjalin hubungan baik tersebut. Sehingga mampu memperoleh pemahaman bagaimana seharusnya membentuk kerjasama di desa yang harmonis.
Pemimpin juga berfungsi untuk memupuk dan memelihara kebersamaan atau kohesivitas di dalam kelompok. Jika ada kebersamaan antar anggota kelompok, pekerjaan akan berjalan lancar. Dengan adanya pemimpin di dalam suatu aktivitas akan terasa lebih mudah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Membahas pembangunan pedesaan maka tidak dapat dipisahkan dari program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa tersebut.Bukan karena masyarakat tidak mampu berswadaya sendiri namun masyarakat cenderung lebih tergerakkan secara bersama-sama dalam suatu program pemberdayaan.Dimana pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat biasanya dilakukan secara bersama-sama.Kepala Desa yang menjadi tokoh central atau pemimpin pemerintahan di desa yang mampu menggerakkan serta memotivasi masyarakatnya.Masyarakat pun berpartisipasi karena mereka memiliki masalah yang sama, tujuan yang sama, dan kepentingan yang sama sehingga kohesivitas yang dimaksud menjadi faktor yang penting dalam komunitas. Komunitas dengan kohesivitas yang tinggi, memiliki suatu jati diri sosial yang tinggi juga.Jati diri kelompok yang kohesif tersebut memunculkan kepribadianyang unik pada setiap diri anggotanya karena kohesivitas dapat meningkatkan tingkat kerjasama dan rasa betah serta anggota dapat bekerja tanpa ada rasa tertekan. Akhirnya, upaya pemberdayaan di suatu komunitas memerlukan pendekatan dari berbagai pendekatan seperti bagaimana cara meningkatkan rasa komunitas (sense of community) diantara anggotanya agar mau turut ambil bagian dalam kegiatan pemberdayaan. Rasa komunitas tersebut memberikan perasaan yang nyaman, senang berbagi, dan merasa memiliki serta menguatkan ikatan dari interaksi yang mereka lakukan. Semakin intens interaksi yang mereka lakukan maka akan timbul rasa solidaritas dan kelekatan diantara anggotanya. Anggota yang memiliki kohesivitas yang tinggi cenderung menggerakkan kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Wahjosumidjo (1984) seperti yang dijelaskan oleh Randhita (2009) menyatakan terdapat empat gaya kepemimpinan dalam suatu pengambilan keputusan. Meliputi otoriter atau direktif, konsultatif, partisipatif dan delegatif. Setiap gayakepemimpinan yang telah diterapkan oleh tokoh pemimpin mampu memberikan dampak maupun pengaruh. Pengaruh yang dimaksud adalah kohesivitas komunitas. Ketika suatu gaya kepemimpinan telah diterapkan dalam suatu program pemberdayaan masyarakat maka memberikan pengaruh terhadap kohesivitas komunitas. Seperti yang sudah dijelaskan dalam jurnal Ardillah (2014) bahwa kohesivitas dapat dilihat dari ciri kepemimpinan yang sudah diterapkan. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan Kepala Desa Bareng adalah gaya kepemimpinan demokratis karena pendekatan yang digunakan adalah pendekatan partisipastif. Agar terwujudnya kerjasama dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan desa dengan memberdayakan partisipasi masyarakat.
Pada gaya kepemimpinan direktif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pemimpin. Pemimpin hanya memberikan perintah kepada bawahan dan memberikan hukuman bagi yang tidak berhasil melaksanakannya.Sehingga hubungan yang dibangun tidak memahami kondisi anggotanya. Keadaan tersebut akan sulit membangun kohesivitas dalam kelompok. Berbeda pada gaya kepemimpinan partisipatif dimana pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan. Pemimpin mengambil keputusan setelah adanya saran dan pendapat dari para bawahannya.Maka hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan sangat memungkinkan untuk terciptanya suasana penuh persahabatan dan saling mempercayai.
Munculnya kohesivitas komunitas karena usaha pemimpin yang dilakukan dengan cara memberikan motivasi, melaksanakan koordinasi dan komunikasi serta melaksanakan pengawasan. Kegiatan komunikasi dilakukan dalam rapat pertemuan dan musyawarah (rembug desa). Komunikasi yang baik tersebut membuat pemimpin lebih mengerti kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya. Kepemimpinan yang baik mampu menampung aspirasi dan memberikan arahan sesuai dengan situasi dan kebutuhan anggotanya. Adapun dalam pengambilan keputusan tetap ditentukan oleh pemimpin yang sudah dimusyawarahkan bersama masyarakat.













BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam sebuah organisasi tentunya harus mempunyai seorang pemimpin yang dapat mengatur sumber daya organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien sehingga berdaya guna dan berhasil guna. Seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Dewasa ini, terdapat enam tipe kepemimpinan yang sering digunakan oleh para pemimpin besar maupun dalam ruang lingkup kelompok sampai organisasi besar. Efektivitas dalam sebuah kelompok dapat ditentukan juga oleh sikap dan perilaku seorang pemimpin.
Tidak ada tipe kepemimpinan yang paling benar atau baik untuk digunakan dalam sebuah kelompok. Tipe kepemimpinan yang efektif yaitu tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh sebuah kelompok. Misalnya, jika suatu kelompok tersebut sedang mengalami berbagai masalah yang kompleks atau dalam situasi yang genting, maka tipe kepemimpinan yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut adalah tipe otokratik. Dimana pengambilan keputusan dilakukan dengan sepihak yaitu oleh pemimpin kelompok itu sendiri. Tipe kepemimpinan yang ada dalam diri seorang pemimpin itu didasarkan pada teori-teori kepemimpinan yang ada. 
            Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mengayomi para bawahannya. Pergunakanlah tipe kepemimpinan yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, agar tujuan kelompok atau organisasi dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien. Seorang pemimpin tidak disarankan memiliki sifat yang egois, karena seorang pemimpin yang baik harus bisa menerima kritik dan saran dari bawahannya.












DAFTAR PUSTAKA
http://msefri.blogspot.co.id/2016/05/makalah-ini-berisikan-tentang.html
http://psikologila.blogspot.co.id/2011/10/kohesi-kelompok.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
https://psychology.binus.ac.id/2015/08/26/pengaruh-gaya-kepemimpinan-terhadap-efektivitas-tim-kerja-pada-karyawan-perusahaan-pt-bbb/

4 komentar:

  1. The best betting apps for Baccarat, Roulette and - Wolverione
    Check out our top 3 apps 메리트카지노 to enjoy your favourite casino games and sports หารายได้เสริม betting 바카라 apps. The best online sports betting app for Baccarat, Roulette and Dice

    BalasHapus
  2. Casino Table Games - The Casino Trotteros
    There are a handful 먹튀 of casino table games with different gameplay types 벳365코리아 to choose from, 승인 전화 없는 꽁 머니 사이트 from blackjack 무료 룰렛 게임 and roulette, craps, and craps. The best casino 원피스 바카라 table

    BalasHapus
  3. Harrah's Casino in Maricopa - Jackson County, AZ - KTM Hub
    Harrah's 목포 출장안마 has the largest and best 대전광역 출장샵 selection of casino and slots, video 화성 출장샵 poker, table games, keno 대전광역 출장마사지 and video 대전광역 출장안마 poker at Jackson County, AZ.

    BalasHapus