MAKALAH DISIPLIN PERCAYA DIRI
MAKALAH
PEMBINAAN DISIPLIN PERCAYA DIRI DAN KONSEP
OLEH :
KELOMPOK VII :
1. MUH ROCHIYAT PRADANA G 1531041059
2. MUH SARDI SABAR 1531041057
3. ANDI MUSTAFAAINAL 1531041055
4. MUHAMMAD SYAFLI HASYIM 1531041062
5. ANDI RAHMAT AMANAH 1531041067
6. A.MUH RASUL SYAM 1531041104
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Ilahhi Robbi,Karena Atas Dengan Ijinnya Akhirnya saya bisa Menyelesaikan Makalah Yang berjudul :
“ Pembinaan disiplin,percaya diri dan konsep “.
Makalah ini saya Buat Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah MateriPsikologi Olahraga
Tak Lupa Saya ucapkan terimakasih Yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Makalahi ini,Sehingga Alhamdulilah makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
“ Pembinaan disiplin,percaya diri dan konsep “.
Makalah ini saya Buat Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah MateriPsikologi Olahraga
Tak Lupa Saya ucapkan terimakasih Yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Makalahi ini,Sehingga Alhamdulilah makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,Untuk itu Kritik dan saran untuk para pembaca sekalian diharapkan dapat membangun sehingga bisa menyempurnakan makalah saya ini.
Akhir kata Saya ucapkan Terima kasih,dan semoga Makalah ini Dapat memberikan informasi dan dapat berguna untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan bagi Kita Semua.
WASALAM.
Makassar,28 Oktober 2017
penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Landasan Teori ...................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
D. Batasan Masalah..................................................................................... 3
E. Tujuan..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Disiplin.................................................................................. 4
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin......................................... 6
C. Jenis-jenis Pola Penanaman Disiplin..................................................... 9
D. Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas............................................... 15
E. Upaya Menegakan Disiplin................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyataan yang terjadi pada saat ini di lapangan, anak selalu kurang disiplin dan kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, tidak membuat pekerjaan rumah, mencoret coret bangku, tidak biasa antre, pada saat upacara bendera tidak tertib, tidak berpakian dengan rapi, sering datang terlambat, menyerahkan tugas tidak tepat waktu, di dalam kelas selalu mengganggu teman, sering berkelahi, kurang hormat pada guru. Hal hal ini merupakan dasar dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Kalau kebiasan ini tidak menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan pendidikan nasional akan sulit terwujud.
Berbagai faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan sikap disiplin, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang otoriter, keluarga yang home broken, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar anak , adanya perkembangan media elektronik, kurang demokratisnya pendekatan dari orang tua maupun guru yang ada di sekolah.
Dengan memberikan sanksi berjenjang di sekolah pada siswa diharapkan dapat merubah sikap dari kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab menjadi anak yang berdisiplin dan bertanggung jawab.
1
2
B. Landasan Teori
Menurut The Liang Gie (1972) dalam Ali Imron, pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin dapat diartikan sebagai : 1. Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); 2. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb); 3. Bidang studi yg memiliki objek, sistem, dan metode tertentu. Secara ilmiah, disiplin adalah cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi sasaran studi, cabang ilmu. Secara nasional disiplin adalah kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun
Menurut Hadisubrata (1988: 58-62) Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis.
3
C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari disiplin?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi disiplin?
3. Bagaimanakah pola penanaman disiplin?
4. Apakah teknik yang digunakan dalam membina disiplin kelas?
5. Bagaimana upaya dalam menegakkan disiplin kelas?
D. Batasan Masalah
Mencakup pembahasan yang begitu luas, maka penulis membatasi masalah pengertian dari disiplin, faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin, pola penanaman disiplin, teknik yang digunakan dalam membina disiplin kelas,dan upaya dalam menegakkan disiplin kelas.
E. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari disiplin
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
3. Mengetahui pola penanaman disiplin
4. Mengetahui teknik yang digunakan dalam membina disiplin kelas
5. Mengetahui upaya dalam menegakkan disiplin kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa Inggris discipline yang berarti “training to act in accordance with rules,” melatih seseorang untuk bertindak sesuai aturan (Roswitha, 2009).
Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Menurut The Liang Gie (1972) dalam Ali Imron, pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Sedangkan menurut Good’s (1959) dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut.
- Proses atau hasil pengarahan atau pengendalikan keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yangt lebih efektif.
- Mencari tindakan terpilih denga ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan
- Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.
4. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan.
4
5
Disiplin kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana guru dan murid-murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin dapat diartikan sebagai : 1. Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); 2. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb); 3. Bidang studi yg memiliki objek, sistem, dan metode tertentu. Secara ilmiah, disiplin adalah cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi sasaran studi, cabang ilmu. Secara nasional disiplin adalah kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur perilaku anak dalam mencapai tujuan pendidikan, karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang, dan sebaliknya, harus dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat sekarang bukan sekedar menjadikan anak agar patuh dan taat pada aturan dan tata tertib tanpa alasan sehingga mau menerima begitu saja, melainkan sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (self discipline). Artinya ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena kesadaran dari dirinya.
6
Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah paksaan, bukanlah ketaatan pada otoritas gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah suatu sikap batin, bukan kepatuhan otomatis. Siswa pun bertanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang tidak tegang, ada kebebasan tapi ada pula kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.
Dengan demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar berlangsung dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum mengajar dimulai, sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sebagai patokan atau pedoman bagi benar atau salahnya perbuatan tindakan manusia dalam masyarakat, untuk dapat melaksanakannya diperlukan unsur-unsur pola perilaku yang mendasarinya.
7
Seseorang yang melakukan perilaku disiplin didorong oleh motif untuk melakukan hal tersebut. Motif dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Berawal dari kata motif maka tumbuhlah kata motivasi yang diartikan sebagai daya penggerak menjadi aktif. Motivasi untuk melakukan sesuatu itu terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan kedua motivasi tersebut.
- Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau keberfungsiannya tidak perlu dirangsang dari luar karena adanya dorongan dari dalam diri sendiri dengan tujuan untuk membentuk disiplin diri sendiri dalam belajar sehingga membawa dampak pada prestasi belajarnya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan keberfungsiannya karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dalam menanamkan disiplin sangat penting karena kemungkinan besar siswa yang sedang pada remaja selalu ingin bebas tanpa aturan dan pada akhirnya memungkinkan untuk berperilaku menyimpang. Faktor ekstrinsik dapat terbagi menjadi :
8
a. Keluarga
Keluarga sebagai tempat anak belajar bersosialisasi tentunya sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Kebiasaan orang tua akan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, jika orang tua mendidik anak secara benar maka akan membentuk kepribadian anak yang baik, maka keluarga sangat berperan dalam membentuk tingkah laku anak. Orang tua yang otoriter dan yang memberi kebebasan penuh akan menjadi pendorong bagi anak untuk berperilaku agresif. Orang tua yang bersikap demokratis tidak memberikan andil terhadap perilaku anak untuk agresif dan menjadi pendorong terhadap perkembangan anak ke arah yang positif. Contoh dan perbuatan orang tua dalam keluarga akan lebih besar dampaknya terhadap perkembangan anak. Orang tua hendaklah memberi contoh dan teladan yang baik untuk anak-anaknya, karena contoh teladan akan lebih efektif daripada kata-kata.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai salah satu tempat untuk mempersiapkan generasi muda menjadi manusia dewasa dan berbudaya, tentunya akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak atau siswa. Pihak sekolah khususnya guru harus mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru tidak hanya menyampaikan materi ilmu pengetahuan saja melainkan juga harus melakukan pembinaan kepribadian siswa melalui contoh dan teladan. M.I. Soelaeman (1985: 78) mengemukakan bahwa “Guru harus pandai menegakkan ketertiban, tidak melalui kekerasan melainkan melalui kerjasama dan saling mengerti.
9
Sedangkan alat yang tersedia untuk menegakkan ketertiban itu adalah kewibawaan yang bertopang pada saling mempercayai dan pada kasih sayang.” Guru mempunyai peranan penting dalam membentuk perilaku siswa. Guru harus dapat dijadikan contoh dan teladan yang baik bagi siswanya.
c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat memiliki peranan penting dalam pembentukan disiplin seseorang. Seseorang yang sudah terbiasa untuk mematuhi peraturan yang ditetapkan dalam keluarga dan sekolah maka akan cenderung orang tersebut akan mematuhi peraturan di lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat tentunya memiliki aturan yang harus ditaati oleh setiap warganya, oleh karena itu masyarakat memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan seseorang.
C. Jenis-jenis Pola Penanaman Disiplin
Hadisubrata mengemukakan bahwa :”Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis.” Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini:
1. Disiplin Otoriter
Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan mentaati peraturan. Orang patuh dan taat pada aturan yang berlaku, tetapi merasa tidak bahagia, tertekan dan tidak aman.
10
Siswa kelihatan baik, tetapi dibaliknya ada ketidakpuasan, pemberontakan dan kegelisahan atau bisa juga menjadi stres. Sebenarnya semua perbuatannya hanya karena keterpaksaan dan ketakutan menerima sangsi, bukan berdasarkan kesadaran diri. Mereka perlu dibantu untuk memahami arti dan manfaat disiplin itu bagi dirinya, agar ada kesadaran diri yang baik tentang disiplin.Penanaman disiplin yang cenderumg otoriter ditandai dengan hubungan yang bersifat otoriter, menguasai, kurang menghargai, merasa paling tahu dan benar, bersikap tertutup, dan masa bodoh terhadap keragaman yang ada.
Tipe otoriter memiliki ciri-ciri yaitu:
a. Guru menetapkan peraturan tanpa kompromi
Dalam tipe ini guru menujukkan perilaku seperti mendominasi atau menguasai siswa, menentukan dan mengatur kelakuan siswa, merasaberkuasa dan berhak memberikan perintah, larangan, atau hukuman.
b. Guru menghukum siswa yang tidak mentaati peraturan.Jika ada siswa yang membuat kesalahan atau melanggar peraturan, tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu dari siswa yang bersangkutan, guru memberikan hukuman kepadanya.
c. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat atau meminta bantuan dalam memecahkan masalah yangdihadapinya.Situasi yang seperti ini, guru menujukkan perilaku-perilaku seperti tidak mau menerima permohonan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya terutama dalam kesulitan belajar,dan menolak pendapat.
11
Dampak penanaman pola disiplin otoriter ini seperti yang diungkapkan oleh S.D Singgih Gunarsa (1983 : 83) adalah sebagai berikut:
a) Lemahnya daya inisiatif dan kreatif dalam berpikir dan berperilaku.
b) Kepribadiannya kurang matang seperti pemalu, mudah tersinggung, menaruh dendam, kurang mampu mengambil keputusan, mudah khawatir atau cemas, kurang memiliki kepercayaan diri, bersifat kaku dan tidak toleran.
c) Dalam berperilaku atau mematuhi suatu peraturan tidak berdisiplin atau tergantung kontrol dari luar.
d) Cenderung berperilaku nakal seperti senang bertengkar, kurang bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial
2. Disiplin Permisif
Disiplin permisif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan keras. Disiplin permisif ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya, kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat sesuatu dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman.
Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar yang ditandai dengan hubungan antara guru dan siswa yang bersifat permisif ini adalah suasana berlangsung tanpa partisipasi apapun dari guru, karena guru akan lebih berperan sebagai penonton.Suasana belajar yang demikian tidak akan efektif dalam pencapaiantujuannya, sebab kekacauan diantara siswa akan sering lebih muncul terjadi walaupun para
12
siswa akan lebih berusaha mengerjakan dan mempelajari materi- materi pelajaran, tetapi dalam dirinya selalu timbul kekhawatiran takut salah danmerasa tidak tenang. Timbul perasaan tidak puas pada diri sendiri yang disebabkan antara lain karena tidak ada pegangan atau pedoman yang pasti dalam kegiatan belajar mengajar mereka. Guru tidak berinteraksi ataupun memberisaran-saran lainnya kepada siswa sehingga siswa tidak mengetahui kesalahan atau kekurangan dirinya.
Ciri-ciri penanaman disiplin permisif ini adalah :
a) Guru bersikap acuh tak acuh terhadap kepentingan siswa misalnya adalah guru bersikap masa bodoh terhadap siswa untuk memecahkan masalahyang dihadapinya, khususnya adalah masalah belajar; guru kurang memperhatikan kegiatan belajar siswa, guru kurang memperhatikan apakah siswa memahami cara-cara belajar efektif atau tidak.
b} Pengawasan guru bersifat longgar yaitu orang tua atau guru tidak menetapkan peraturan bagi anak tetapi membiarkannya untuk mengontrol dirinya sendiri. Dampak disiplin ini adalah berupa kebingungan dan kebimbangan, penyebabnya karena tidak tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang, atau bahkan menjadi takut, cemas dan dapat juga menjadi agresif serta liar tanpa terkendali.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh S.D Gunarsa (1983 : 83) mengenai dampak penanaman disiplin permisif atau laissez faire ini adalah:
a) Berkembang sifat egosentrisme yang berlebihan.
b) Mudah bingung atau mengalami kesulitan, jika dihadapkan oleh batasan-
13
batasan norma yang berlaku dalam lingkungna sosialnya.
c) Merasa tidak aman seperti cenderung suka merasa takut, cemas, dan agresif yang berlebih-lebihan.
d) Kurang menaruh perhatian atau kasih sayang terhadap orang lain
3. Disiplin Demokratis
Disiplin demokratis ini dilakukan dengan memberikan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan mentaati peraturan yang ada. Sanksi atau hukuman diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib, tetapi hukuman dimaksud untuk menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Disiplin demokratik menggunakan hukuman dan penghargaan- penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya hukuman tidak berbentuk hukuman badan.
Hukuman hanya dapat digunakan jika terdapat bukti bahwa anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Disiplin ini bertujuan untuk mengajarkan anak untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang benar,meskipun tidak ada orang lain yang menekan atau mengancam mereka dengan hukuman bila mereka melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan. Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin yang muncul dari kesadaran diri sendiri sehingga siswa memiliki disiplin yang kuat dan mantap, karena itu bagi yang mematuhi dan melaksanakan disiplin diberikan pujian dan penghargaan. Siswa patuh dan taat
14
karena didasari kesadaran dirinya, mengikuti peraturan-peraturan bukan karena terpaksa tapi atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
Tipe demokratis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam menetapkan atau melaksanakan peraturan. Guru dalam hal ini cenderung menunjukkan perilaku seperti mau bekerjasama dengan siswa, mendiskusikan tentang peraturan belajar yang ditetapkan, meminta penjelasan kepada siswa jika pada suatu saat siswa dipandang melanggar peraturan, memberikan penjelasan mengenai manfaat peraturan yang diberikan.
b) Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi masalah. Hal ini guru mau memperhatikan dan menanggapi persoalan- persoalan yang dihadapi siswa.
c) Guru menghargai siswa. Guru menunjukkan perilaku seperti memperlakukan siswa sesuai dengan kemampuannya, memahami kelebihan dan kekurangan siswa, tidak mencemooh siswa apabila suatu saat siswa tersebut berbuat kekeliruan.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.Ciri ini dimaksudkan bahwa guru mau menerima pendapat siswa dipahaminya.
Dampak penanaman disiplin demokratis ini seperti yang diungkapkan oleh Schneiders (1960 : 236) adalah sebagai berikut :
a) Memiliki disiplin diri yaitu memiliki rasa tanggung jawab dan kontrol diri.
15
b) Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan sosial dengan baik, dalam arti mampu berperilaku yang sesuai dengan norma.
c) Memiliki kemandirian dalam berpikir dan berperilaku.
d) Bersikap positif terhadap kehidupan.
e) Memiliki konsep diri (self-consept) yang tepat.
D. Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas
Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:
a) Teknik keteladanan guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan perilaku yang baik kepada siswanya.
b) Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswanya.
c) Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.
Dalam mewujudkan tujuan bersama tersebut, beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
- Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
- Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
- Membina organisasi kelas secara demokratis.
16
- Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
- Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
- Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengettahuan dan keterampilan.
E. Upaya Menegakan Disiplin
Upaya menegakan disiplin di dalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
1).Pihak guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
17
a) Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
b) Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
c) Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.
d) Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.
2).Pihak Siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tidak kalah pentingnya, karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin dalam kelas, antara lain:
18
· Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan suasana disiplin didalam kelas.
· Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib sekolah bukan karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
· Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi oleh orang lain.
· Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri untuk tidak mengulanginya.
3).Pihak Orang Tua
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya di rumah, akan sangat membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada bbebrapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:
Ø Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra putrinya ketika disekolah.
Ø Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut serta mengawasinya.
Ø Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar tata tertib atau aturan sekolah.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang terdiri dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis.
Teknik membina disiplin kelas, antara lain teknik keteladanan guru, teknik bimbingan guru, dan teknik pengawasan bersama.
Untuk menegakkan disiplin di kelas harus ada kerja sama antar guru, pihak siswa dan pihak orang tua.
B. Saran
Seorang guru harus mampu untuk mengelola kelas dengan baik agar proses belajar mengajarnya dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Dan untuk mendukung proses pembelajaran kedisiplinan juga perlu dilakukan oleh seorang guru. Maka seorang guru harus mampu membuat siswanya menjadi disiplin dengan berbagai teknik ataupun cara lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2002
Hamalik, Oemar. Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung: Tarsito.2005
http://kbbi.web.id/
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2012
Mas’udi, Asy. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Yogyakarta: PT Tiga Serangkai, 2000
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1995
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.2003
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cetakan ke-10. Jakarta: Raja Wali. Pers. 2002.