Rabu, 22 November 2017

EMOSI DALAM PSIKOLOGI OLAHRAGA (KLP 5)



 BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Masalah
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Dalam kehidupan banyak sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan orang masuk bui hanya karena tidak dapat menahan emosi. Pemukulan, adu fisik dan bahkan pembunuhan. Tidak jarang kita juga mendengarkan berita-berita yang beredar dalam dunia olahraga tentang tawuran antar pemain sepakbola, pemukulan terhadap wasit sehingga insan olahraga yang seharusnya menjunjung rasa sportifitas yang tinggi harus menerima sangsi hingga larangan untuk bermain. Alangkah sayangnnya permasalah itu timbul hanya karena masalah sepele dan emosi yang meluap-luap.
Beberapa kejadian buruk diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu apa? Apa dampak positif dan negatif emosi dalam dunia olahraga? Dan bagaimna cara melakukan pengelolaan emosi untuk mampu meraih sebuah prestasi? Untuk memperjelas pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul itu dalam makalah ini  akan dibahas lebih lanjut pada bab berikut tentang apa definisi emosi, dampak emosi dalam olahraga dan bagaimana pengelolaan emosi itu.


1.2  Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan nanti maka perlu dirumuskan terlebih dahulu  masalah-masalah pokok yang akan dibahas kemudian. Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan emosi?
2.      Apa pengaruh-pengaruh positif dan negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga?
3.      Bagaimana pengendalian emosi untuk meraih prestasi?

1.3  Tujuan
Sebagaimana kegiatan-kegiatan laporan yang lain, laporan ini memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan tersebut maka hasil laporan akan lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam laporan ini, penulis ingin mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahuiapa yang dimaksud dengan emosi.
2.      Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh positif dan negatif emosi dalam olahraga.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengendalian emosi dalam meraih prestasi.




1.4 Manfaat
1. Untuk Siswa
     Dengan adanya makalah ini diharapkan siswa dapat lebih mengetahui wawasan dan pengatahuan mengenai psikologi khususnya emosi yang hubungannya dengan prestasi olahraga
2. Untuk Guru
     Sehubungan dengan adanya makalah ini diharapkan guru khususnya guru pendidikan jasmani dapat memperdalam lagi tentang psikologi siswanya sehingga tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang definisi emosi adalah suatu tindakan/respon dari rangsangan luar dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu
a.       Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
b.   Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.
c.   Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
d.  Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.
e.   Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih.
f.       Terkejut : terkesiap, terkejut.
g.      Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.
h.      Malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang

2.2   Pengaruh Positif dan Negatif dari Emosi
2.2.1   Sifat dan Fungsi Emosi
Menurut beberapa ahli sifat dan fungsi emosi antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1.      Emosi memegang peranan penting bagi kehidupan sehat, ekspresi diri, kepemimpinan, dan perkembangan nilai-nilai.
2.      Emosi memperkaya dan mengisi arti kehidupan bagiindividu. Tetapi kalau emosi terlalu menguasai individu akan berakibat tampaknya tingkah laku yang irrasional, yang akan menyebabkan penganalisaan yang tidak teliti.
3.      Emosi mempengaruhi cara kerja kelenjar-kelenjar yang akibatnya seluruh pribadi dapat terpengaruh baik yang menyangkut cara-cara berfikir, bertindak dalam mengambil suatu keputusan, dan juga sikap mental.
4.      Emosi dapat dirasakan tanpa diketahui dimana tempatnya.
Kalau kita pelajari fungsi dan sifat emosi tersebut di atas, maka tidak mengherankan kalau tindakan seseorang itu juga diwarnai oleh emosi di samping oleh pertimbangan-pertimbangan pikir dan akalnya. Yang menjadi persoalan sekarang adalah sampai beberpa jauh emosi itu dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif dan negtif ?
2.2.2        Dampak positif emosi
            Dampak positif emosi ini sangat tergantung kepada pribadi dan pengalaman-pengalaman seseorang. Pengalaman akan banyak mempengaruhi perkembangan emosi baik yang bersifat memupuk, menghambat, dan mematikan. Semakain banyak pengalaman seseorang didasari oleh pengertian dan kemauan untuk mempelajari pengalaman-pengalaman yang dialami. Jelas akan memberikan pengaruh yang positif terhadap tindakan-tindakan berikutnya, mereka akan lebih mampu mengendalikan emosi dalam batas-batas yang diinginkan. Mereka akan dapat memanfaatkan dorongan emosi tanpa menggangu pelaksanaan suatu tindakan. Begitu pula dalam dunia olahraga, pengendalian emosi sangat menentukan dalam pencapaian prestasi.Di dalam dunia olahraga cukup banyak rangsangan-rangsangan yang dapat memacu perkembangan emosi.
Sarat mutlak tergeraknya emosi adalah adanya rangsangan.Sedangkan rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan emosi kalau rangasangan dapat menggerakkan dorongan-dorongan individu.Beberapa jauh efek rangsangan tersebut terhadap emosi sangat tergantung paa sifat dan tempramen serta keadaan individu itu sendiri, di samping juga bergantung pada keteraturan dan kekuatan rangsangan yang memacu emosi tersebut.Pengertian dan pengalaman terhadap situasi sesaat ikut menentukan pula.
Di dalam kegiatan olahraga, pengalaman bertanding sangat menentukan bagi perkembangan emosi.Dengan bertanding olahraga para olahragawan selalu dapat rangsangan-rangsangan emosi yangb beraneka ragam, baik yang datang dari penonton, lawan bertanding ataupun wasit, dan sebagainya. Kadang rangsangan-rangsangan ini terlalu kuat bagi olahragawan yang lain. Adalah paling baik apabila rangsangan tersebut mampu merangsang emosi setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over stimulus, sehingga olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang tinngi tanpa kehilangan pertimbangan pemikiran dan akalnya.Hal inilah yang harus diusahakan oleh seorang pelatih meskipun agak sulit. Kepekaan emosi tidaklah sama. Setiap olahragawan mempunyai kepekaan emosi yang berbeda-beda tergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat dan masih banyak lagi hal-hal yang ikut mempengaruhinya.

2.2.3        Dampak negatif
Dalam kondisi-kondisi tertentu dalam suatu pertandingan atau perlombaan dalam olahraga seperti rasa lelah, ejekan penonton, angka lawan di atas kita dan lainya. Mungkin olahragawan akan mudah sekali menjadi tersinggung, marah-marah, kesal, dan tidak bisa berfikir lagi dengan tenang. Akhirnya tindakan-tindakannya didominasi oleh emosi kemarahannya dibandingankan dengan pertimbangan-pertimbangan akal dan pikirannya. Emosi yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif  dalam olahraga antara lain adalah sebagai berikut :
a.   Gelisah
Gelisa adalah gejala takut atau dapat pula dikatakan saraf takut yang masih ringan. Biasanya rasa gelisah ini terjadi pada saat-saat menjelang pertandingan akan dimulai. Rasa gelisah akan terjadi apabila seseorang itu belum mengalami apa yang akan dilakukanya atau dapat pula terjadi oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa saja yang akan dikerjakan atau mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan atau ketidak pastian. Rasa gelisa akan berubah menjadi menggembirakan manakala penyebab rasa gelisah  (pertandingan akan dimainkan) tertunda pelaksanaannya.
Bagaimana cara untuk menghindari atau mengurangi timbulnya kegelisahan? Cara yang baik adalah dengan jalan merasionalisasi emosi, yaitu segala hal yang negative dianggap positif. Hal-hal demikian dapat dilatihkan, yaitu dengan membiasakan untuk:
1.      Merumuskan persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan sebab kegelisahan secara jelas.
2.      Memperhitungkan segala kemungkinan yang menjadi akibatnya sejak yang paling ringan sampai pada yang paling berat atau paling jelek.
3.      Membuat persiapan untuk menghadapi setiap kemungkinan yang biasanya terjadidengan segala rumus pemecahanya baik oleh diri sendiri maupun dengan orang lain.
4.      Menghadapi persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah dan serta percaya pada kemampuan diri sendiri.
Dengan cara-cara tersebut di atas dapat diharapkan kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan sedikit demi sedikit bisa dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
b.      Takut
Hampir semua orang mempunyai pengalaman-pengalaman yang menentukan. Takut biasanya berakar pada pengalaman sebelumnya atau pada masa-masa lampau yang pengaruhnya pada tingkah laku dan kepribadian seseorang yang membekas sepanjang hidupnya. Takut banyak macam-macamnya,  misalnya takut pada binatang, takut sendirian takut jika berada di depan orang banyak, takut pada timbulnya cidera dan sebagainya.
kegelishan yang menjngkit pada atlit dapat berubah menjadi ketakutan apabila tidak mendapat penyelesaian yang sebaik-baiknya. Rasa takut dapat member pengaruh yang negative atau positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Dlam batas-batas yang masih normal rasa takut akan member pengruh yang positif, karena dengan rasa takut tersebut seseorang akan lebih berhati-hati terhadap apa yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi lebih siap atau sebaiknya mungkin dia lebih baik menghindari.
Rasa takut lebih baik jangan dihindari sama sekali, tetapi dikendalikan.misalnya seorang atlit yangtidak memiliki ketakutan terhadap kekalahap keklahan dalam pertandingan yang akan diikuti. Ia akan berbuat apa yang dikehenakiny, akhirnya ia akan tersesat oleh perasaan “kalah ya biar”.usaha yang kira-kira dirasa terlalu berat untuk meraih keunggulan nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan, karena dipandang terlalu menghabiskan tenaga disamping juga sikap berhati-hati juga menjadi berkurang. Konsentrasi menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari kelemahan- kelemahan lawan tidak ada lagi.
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang anak yang sama sekali tidak takut jatuh dari pohon, maka sikap hati-hati waktu memanjat pohon akan berurang kalau dibandingkan dengan anak-anak yang takut jatuh. Begitu pula anak yang tidk takut jatuh dri sepeda motor, akan lebih berani dan terlalu berani sewaktu mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi yang kadang-kadang tidak memikirkan kemungkinan adadanya kecelakaan yang dapat ditimbulkan akaibat perbuatannya.
Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil resiko, akhirnya orang tersebut terlalu berhati-hati, terlalu banyak perhitungan yang kadang-kadang yang tidak diperlukan.akibatnya orang tersebut tidak pernah mau mencoba dan berusaha untuk mengatasi ketakutannya yang timbul.
Yang paling baik adalah kalau takut dikendalikan, artinya tidak ditahan, tetapi juga tidak dihilangkan sama sekali. Hal ini memang sulit sampai seberapa jauh takut itu harus dikendalikan, karena kalau salah cepat menjadi hobi.
Dalam dunia olahraga rasa takut kalah di dalam batas-batas normal adalah baik, karena dengan demikian seseorang akan mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan. Melatih diri, berusaha mencari kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga / penghematan penghamburan tenaga yang tidak perlu dan sebagainya. Jadi sekali-sekali jangan menartikan pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.
Menurut beberapa pendapat yang dikumpulkan oleh Reuben B. Frost dari Springfield College mengenai bagaimana harus/menangani masalah takut ini, antara lain diajukan beberapa pendapat sebagai berikut:
1.      Mencoba menemukan dan memahami sebab-sebab terjadi rasa takut.
2.      Mendekati dan mengenali situasi yang di takuti secara sedikit demi sedikit.
3.      Mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang ditakuti dengan membuat perencanaan yang pasti dan taktik yang tepat guna.
4.      Menguji dan menganalisa alasan-alasan mengapa sampai terjadi ketakutan. Menolong mencarikan sebab-sebab timbulnya kesulitan-kesulitan yang ditakuti (adakah pengaruh kecelakaan yang dulu-dulu atau memang belum mengenal problimnya).
5.      Menanamkan keakraban antara anggota group dan rasa saling percaya antara anggota (berdiskusi bersama-sama, ngomong-ngomong, menyanyi bersama, dsb.)
6.      Memberikan sugesti bahwa orang-orang yang banyak pengalaman akan selalu memberikan pertolongan kepada yang muda-muda.
7.      Meningkatkan kekuatan dan ketrampilan (skill).
8.      Kerjakan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa takut.
9.      Kebanyakan rasa takut akan lenyap pada waktu kegiatan-kegiatan yang ditakutkan itu telah mulai dilakukan.
c.       Marah
Marah adalah emosi yang sering timbul juga dalam dunia olahraga, dan marah ini pernyataanya selalu dijunjukan pada benda-benda atau orang-orang di sekitarnya dalam bentuk-bentuk yang bersifat agresif dan spontan.
Manifestasi marah bentuknya bermacam-macam bergantung pada taraf pendidikan, kebisaan, umur, dan sebagainya. Marah juga dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa yang tidak mungkin dapat diperbuat oleh orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada saat-saat dia tak marah.
Karena marah juga termasuk emosi, maka seseorang yang sedang marah sudah jelas akan kehilangan pertimbangan-pertimbangan akalnya sehingga orang yang sedang marah itu tidak mungkin lagi untuk mengerjakan hal-hal yang rumit yang membutuhkan ketelitian. Begitu pula dalam kehidupan berolahraga, terutama dalam pertandingan-pertandingan, banyak sekali rangsangan-rangsangan yang memancing kemarahan para olahragawan yang sedang bertanding, sehingga mengakibatkan tindakan-tindakan bagi yang sedang marah itu menjadi lebih agresif, spontan, kurang perhitungan sehingga ketelitiannya juga berkurang. Karena ketelitiannya hanya menyalurka kemarahan untuk hal-hal yang dapat mencelakakan atau merugikanlawannya. Misalnya saja kalau dalam bermain bola volley keinginannya juga hanya bermain keras saja artinya dia ingin men-smash bola sekeras-kerasnya, syukur-syukur kalau tangan yang men-block itu cidera karena akibat dari kerasnya smash yang dilakukan, misalnya jari tangan lawan itu dapat tergilir atau sobek. Dia tidak lagi ingin placing bola kearah tempat-tempat yang kosong. Makin dia gagal makin bertambah marahnya. Selama dia belum merasa puas dalam meyalurkan kemarahannya, selama itu pula tindakan-tindakannya atau usaha-usaha hanya akan lebih banyak dikendalikan emosi amarahnya dan jauh dari pertandingan akalnya.
Karena sifat marah memerlukan spontanitas dan ditunjukkan dalam bentuk-bentuk agresifitas, maka jalan paling baik adalah jika atlit-atlit tersebut dapat dapat menghambat spontanitasnya dan mengurangi sikap agresifitasnya. Artinya menanggapi kemarahan itu dengan sikap-sikap yang baik atau positif. Kalau dalam olahraga yang ada time-out, lebih baik diambil time-out terlebih dahulu agar spontanitas kemarahan itu tertunda pelaksanaanya. Meskipun hanya beberapa detik, biasanya sudah cukup untuk mengurangi derajat kemarahannya. Kadang-kadang seseorang yang marah dapat mengatasi kemarahanya dengan cara mengambil nafas dalam-dalam beberapa kali dengan menghitung sampai beberapa puluh atau menghadapi kemarahan itu dengan senyum untuk mengurangi kemarahan tersebut.
Dalam pertandingan-pertandingan adalah sukar untuk dapat menghilangkan sumber darai kemarahan, sebab dalam dunia olahraga kadang-kadang memancing kemarahan lawan adalah disengaja dengan harapan kalau lawan itu sudah tidak sadar lagi, akibatnya dia ingin tetapi main keras yang dapat mengakibatkan banyaknya energy yang harus dikeluarkan sehingga pada suatu saat dia kehabisan tenaga dapat dengan mudah untuk dikalahkan.hal-hal seperti diatas harus disadari , dimengerti dan disadari oleh para olahragawan, jangan sampai dia kena pancing siasat lawan untuk menjadi marah. Ingat marah memang dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa, tetapi jangan sampai mengakibatkan hilangnya pertimbangan akal dalam menyalurkan timbulnya tenaga tersebut.
Manfaat tenaga itu untuk usaha-usaha yang produktif. Untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh kemarahan perlu dicari bagaimana jalan meredahkan kemarahan yang terjadi. Hal ini dapat diusahakan antara lain dengan cara:
1.      Menghambat spontanitas tindakan kemarahan
2.      Mengurangi agresifitas tindakan kemarahan.
3.      Menanggapi kemarahan dengan tindakan-tindakan atau usaha yang positif.
4.      Melupakan atau menghilangkan/menghindari sumber kemarahan.



2.3      Pengendalian Emosi kunci Meraih Prestasi
Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan yang lain.
Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.
            Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, mendivinisikan emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins dalam Awaken the Giant Within menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan.
            Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Sejak diperkenalkan Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995 tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ) semata kepada kecerdasan emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.
Emosinya merupakan sumber kekuatan yang sangat dahsyat maka sebenarnya kelemahannya merupakan kekuatannya, tentu dengan catatan jika dia dapat mengelolanya dengan baik.
Lantas timbul satu pertanyaan, bagaimana mengelola emosi? Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar.
1.          Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2.          Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3.          Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4.          Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5.          Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Dengan kelima hal inilah maka dengan mudah kita mampu mengendalikan emosi itu. Kita mampu mengelola emosi itu sehingga bisa kita endapkan dalam hati. Jika kita mampu mengelolanya maka jadilah emosi itu sebagai energi untuk memajukan diri. Contohnya, seorang Peter Gade yang mampu mengelola emosinya, menggunakan semangat dari kemarahan karena sering disepelekan karena usianya yang sudah tua) menjadi pemicunya dalam mengejar prestasi sehingga dia bisa membuktikan kalau dia bukan si pecundang tua yang dapat disepelekan dalam TUC kemarin.
Tetapi yang tak boleh dilupakan, sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa menghindarkan diri untuk berinteraksi dengan manusia yang lain, dalam hal ini dengan kemampuan menggunakan emosi sebagai pembawa informasi, kita bisa melihat sisi, kadar intensitas emosi orang lain yang muncul dari komunikasi non-formalnya, berupa ekspresi, tekanan nada suara, gerakan ataupun bahasa tubuh yang dipakainya. Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa itu maka bisa diupayakan tindakan kontra reaksi dari emosi orang tersebut.
Umpamanya, jika kita lihat ada gejala mitra atau lawan bicara kita kurang suka, maka kita antisipasi dengan dengan berbicara yang bersifat menetralkan perasaan orang tersebut. Setelah kita pahami masalah emosi diri maupun emosi orang lain, maka secara mudah kita menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Sehingga diharapkan muncul pribadi yang menyenangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan peka terhadap situasi apapun yang sedang terjadi, serhingga dengan mudah menyiapkan strategi kontra situasi terhadap suatu konflik yang ada.



BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Emosi dapat diartikan sebagai suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Pengaruh posifif dari emosi adalah memiliki semangat yang tinggi, energi lebih untuk beraktifitas dan motivasi diri.Semua hal tersebut sangat berpengaruh tergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat.Pengaruh negatif dari emosi adalah gelisah, takut, dan marah.
            Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan yang lain. Menurut Daniel Goleman pada 1995 mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.



 Adapun cara untuk mengelola emosi adalah sebagai berikut :
1.      Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
2.      Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3.      Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4.      Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
5.       Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
3.2              Saran
Emosi dapat diartikan sebagai suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Bagi para olahragawan harus memiliki kekayaan pengalam, pengertian dan pengetahuan yang baik agar emosi dapat dikelola dengan baik agar memperoleh hasil yang positif berupa semangat juang yang tinggi, energi tambahan dan memacu motivasi diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar